Senin, 16 September 2013

8k Orang Mencoba Google Glass



NEW YORK CITY – Sejak pertengahan tahun, 8.000 orang di dunia menguji versi awal Google Glass, kacamata pintar keluaran Google.

Di Washington, hanya ada 10 orang penguji versi Beta Google Glass, yang disebut dengan istilah Google Glass Explorer. Baru-baru ini saya bertemu dengan salah seorang di antaranya.

Jacqueline Mathis mendapatkan Google Glass setelah memenangkan kontes di Twitter #ifihadglass. Mathis menang dengan jawabannya: jika ia memiliki Google Glass ia akan menggunakannya untuk mengetes berbagai aplikasi lokal untuk daerah Washington DC dan sekitarnya. Ia mengambil Google Glass dari kantor Google di New York City di bulan Juli.



Lalu apa saja yang dapat dilakukan Google Glass?

“Glass bisa dikatakan punya dua fungsi utama,” ujar Mathis.”Yang pertama adalah untuk notifikasi mikro (micro-notifications). Ketika ada yang mengirim tweet ke saya, ketika saya mendapat email, SMS, atau ketika saya menavigasi ke suatu tempat. Glass sangat berguna bagi interaksi seperti itu, dan saya dapat langsung merespon interaksi tersebut.”

Selain itu, Glass juga dapat mengambil foto dan video, baik dengan sentuhan sederhana maupun dengan perintah suara. Tidak seperti kacamata pada umumnya, Glass tidak berlensa. Yang Anda lihat saat mengenakan Google Glass adalah sebuah layar komputer kecil di sudut sebelah kanan mata Anda.

“Kesan pertama saya saat mencoba mengenakan Google Glass, memang rasanya agak kagok. Ibaratnya seperti menatapi layar komputer tak jauh dari kelopak mata Anda. Namun lama-kelamaan, mata Anda terbiasa menangkap berbagai informasi dan gambar yang tampak di layar Glass, ” lapor repoter VoAnews.

User interface Google Glass disebut dengan istilah timeline, yang muncul dalam tampilan yang mirip dengan flash cards, berisikan informasi, gambar dan video.

Bila Anda memiliki ponsel Android, maka Anda dapat mengunduh aplikasi My Glass yang dapat menunjukkan di layar ponsel Anda, apa yang Anda lihat di layar komputer Glass Anda, fitur yang dikenal dengan istilah screencasting.
Saat ini, baru ada delapan aplikasi yang dikembangkan khusus untuk Glass (native apps). Salah satunya adalah app yang populer di tanah air, Path.

Menurut Mathis, aplikasi Path sangat cocok dikembangkan bagi Google Glass. Alasannya, karena Path terdiri dari serangkaian notifikasi mikro yang dikenal dengan istilah moments. “Prinsip interaksi yang sangat serupa dengan user interface Google Glass,” katanya.

Sebagai hanya salah satu dari 10 penguji Google Glass di Washington, Mathis sudah terbiasa menarik perhatian saat berada di tempat umum.Banyak orang menyapanya di jalan dan bertanya-tanya tentang kacamata yang ia kenakan.

“Ibaratnya saya punya anjing yang menggemaskan dan saya bawa anjing itu jalan-jalan. Orang akan menghentikan saya di jalan dan mengajak bermain ‘anjing’ saya,” ujar Mathis. Banyak di antara mereka yang penasaran, kata Mathis, sudah pernah mendengar mengenai Google Glass.

Bagi Mathis sendiri, yang paling ia sukai dari Google Glass adalah kepraktisan yang ditawarkan. “Saya dapat mendapat berbagai notifikasi dalam sekejap, langsung di depan mata saya, tanpa harus mengecek ponsel saya. Sebagai seorang sales engineer sebuah perusaan start-up teknologi, Mathis banyak bepergian dan Google Glass membantunya untuk selalu up-to-date dengan berbagai perkembangan terkini.

Sebagai salah seorang Explorer, Mathis menulis blog dan men-tweet pengalaman dan pengamatannya mengenai Google Glass, dan berpartisipasi dalam forum bagi para Google Glass Explorer.

Ia juga mengirimkan feedback-nya secara resmi kepada Google dengan mengisi berbagai survey.

Mathis memperkirakan Glass akan diluncurkan ke pasaran akhir tahun ini dengan harga sekitar 400-500 dolar (Rp 4-5 juta). – VoAnews/d

Tidak ada komentar: